Sejarah Sistem Numerasi
Pada zaman purbakala, pengetahuan matematika diperlukan dalam ilmu teknik oleh
bangsa-bangsa yang bermukim di sepanjang sungai untuk keperluan mengendalikan
banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi, penghitungan hasil pertanian
dan peternakan. Bangsa Mesir hidup disepanjang Sungai Nil, bangsa Babilonia
hidup di sepanjang Sungai Efrat-Tigris, bangsa Hindu di sepanjang Sungai Indus
dan Gangga, bangsa Cina di sepanjang Sungai Huang Yo dan Yang Tze. Mereka
memerlukan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut
diperlukanlah bilangan-bilangan. Kebutuhan terhadap bilangan mula-mula
sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerasi pun berkembang selama
berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini. Berikut ini beberapa sistem
numerasi yang pernah digunakan dan dikembangkan oleh para pendahulu kita:
- Sistem Numerasi Mesir Kuno Mesir (±3000 SM)
Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang
disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan
menggunakan sejenis pena sengan tinta berwarna
hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering diesebut tulisan Hieroglif, dan
tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada
papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan kayu.
Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang
pada tahun 3400 S.M. Tulisan pada zaman mesir ini ditulis dari
kata papu yaitu semacam tanaman. Sistem Numerasi Mesir Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu
bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai
lambang-lambangnya.
- Sistem Numerasi Babilonia (±2000 SM)
Pada masa itu
orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat dari
tanah liat (clay tablets). Tulisan atau angka Babilonia sering disebut
sebagai tulisan paku karena berbentuk seperti paku. Orang Babilonia menuliskan
huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk
segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara manekankannya pada
lempengan tanah yang masih basah
sehingga
dihasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.
Pertama kali orang yang mengenal bilangan
0 (nol) adalah Babylonian.
- Sistem Yunani Kuno (±600 SM)
Zaman keemasan bangsa yunani kuno diperkirakan terjadi pada tahun 600 S.M
Bangsa Yunani telah mengenal huruf dan angka yang ditandai dengan
tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk
tulisannya pun terlihat kaku dan kuat.
Ada 2 macam sistem yunani
kuno:
·
S.N. Yunani kuno attic
Dilambangkan sederhana, dimana angka
satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat, misal: 2→ ll
·
S.N. Yunani kuno alfabetik
Digunakan setelah S.N. Yunani kuno
attic,
- Sistem Numerasi Maya (300 S.M)
Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya sangat
aneh, berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Alat
tulis yang diapakai yaitu tongkat yang penampangnya
lindris (bulat), sehingga dengan cara menusukkan
tongkat ke tanah liat
akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tongkat
mereka sehingga berbekas garis.
- Sistem Numerasi Cina (±200 SM)
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina
menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang
dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai
kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang
mempunyai nilai seni tinggi.
- Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)
- Sistem Romawi (±100 SM)
Bangsa Romawi
menggunakan angka-angka untuk perhitungan-
perhitungannya. Lambang bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf besar
yang sejalan dengan pemikiran
orang-orang Yunani. Pada
zaman dahulu kala orang Romawi Kuno menggunakan penomeran tersendiri
yang sangat berbeda dengan sistem
penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor
dengan simbol huruf tertentu di mana setiap
huruf melangbangkan/memiliki arti angka tertentu.
- Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)
Bangsa Hindu pada tahun 300 S.M diperkirakan sudah mempunyai angka- angka
dengan menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal
bilangan
nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat dan mengenal
bilangan nol
diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab
menggunakan sistem nilai
tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh banyaknya jari
tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya sepuluh,
maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.
Sistem Hindu-Arab berasal dari india sekitar 300 S.M dan mengalami
banyak perubahan yang dipengaruhi
oleh penggunaannya di Babilonia dan
Yunani. Baru sekitar tahun 750
sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah
hal ini tertulis dalam buku karangan matematisi arab yang bernama
Al- Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi
De Numero Indorum.
Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut
dengan sistem numerasi desimal
(Ruseffendi, 1984). Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem
numerasi Hindu-Arab ini mempunyai karakteristik:
(1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
(2)
Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh.
(3)
Menggunakan sistem nilai tempat.
(4)
Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian.
0 komentar:
Posting Komentar